Hasil Dari Sebuah Keyakinan

 Sebelum aku berbagi puisiku yang sebenarnya bukan puisi baru, aku mau bercerita sedikit kenapa aku memilih menulis puisi itu sekarang ketika sedang melakukan perjalanan. Bukan karena puisi itu aku tulis sewaktu dalam perjalanan ke Australia ini tapi perjalanan ini dan juga perjalanan dalam dua tahun ini merupakan hasil ataupun cerminan dari keyakinanku yang mana aku pernah malu untuk bercerita kepada siapapun, khawatir dijuluki seorang pemimpi yang selalunya bermimpi sesuatu yang berlebihan. Menulis ini pada hari pertama liburan bukan karena ngejar target ataupun tidak mau menikmati liburan tapi belakangan ini aku merasa jadi seorang pemalas, terlalu menikmati waktu senggang dan akhirnya tidak menghasilkan apapun kecuali penyesalan karena telah membuang wakru percuma.

Desember ini merupakan kedua kalinya aku berlibur ke Melbourne walau sebagian bilang bukan 100% libur namun bagiku ini masih merupakan liburan. Tantangan tersendiri bagiku untuk menguji sejauh mana diri ini bersyukur dengan segala apa yang didapatkan walau jalannya berbeda dengan yang lain. Bukankah setiap orang diberi jalan tersendiri oleh-Nya.

  Rasa Indonesia

                                           
Perjalanan jauh tanpa cemilan memang terasa hampa ciehh...pengalaman dari trip sebelumnya disana tempat perbelanjaan tidak sebanyak di Singapura jadi biasanya aku beli cemilan dari salah satu toko di Paya Lebar yang mana mereka memang menyediakan produk Indonesia termasuk cemilan sukro ini. Sejak jaman sekolah dulu memang selalu jadi kesukaan walau dalam perjalanan kadang berakhir tanpa ngemil terutama kalau duduknya dekat jendela.

 

Musim Panas, Melbourne

Duduk di sebelah jendela dan menikmati awan yang seolah berlarian dan memberi jalan kepada burung besi untuk mengepakkan sayapnya merupakan salah satu hal terpaporit dan yang lebih menarik kali ini aku ngga pesen tempat duduk kesukaanku itu alhasil aku kebagian tempat duduk yang justru jauh dari jendela. Ada perasaan sedih sebenarnya apalagi terbang sendirian ( selalunya sendiri) pasti bakalan boring banget, qadarullah setelah sekitar setengah jam penerbangan dua penumpang yang duduk disebelahku dan yang deket jendela pindah ke tempat duduk lain karena kebetulan ada beberapa kursi yang kosong, serta merta akupun bertanya ke orang yang pindah duduknya ke belakangku " If you don't mind i'll seat next to the window?" diapun serta merta menjawab " sure, no worries."

Sesampainya di tempat tinggal mereka yang terletak di daerah pesisir pantai ada sesuatu menarik lainnya yang sama sekali tidak terduga, rumah mereka menghadap kearah barat jadi panorama matahari terbenam bisa terlihat dari jendela, MashaAllah. Nah untuk kesempatan kali ini sekian dulu ceritanya, masih harus mencari tau tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi disini. Dibawah ini saya tuliskan puisi pendek yang pernah saya bacakn pada tanggal 15-12-2019 untuk acara International Migrants Day di Singapura.

  Matahari Terbenam

PUISI
                
                       KEYAKINAN

Angin tak selalunya bertiup kearah yang kita inginkan
Tapi ntah mindakupun seolah tidak bisa berhenti berharap
Harapan penuh ketidakpastian bahkan mungkin kebodohan
Asa yang terus bergejolak tanpa adanya kepastian

Ntah bagaimana cara menjabarkanya
Hanya pikiran yang berkecamuk, meronta
Memaksa diri untuk tetap yakin 
Mengingkari kenyataan bahwa itu hanya kiasan 

Menjerat raut ceria, mengikat senyum yang indah
Membiakan airmata mengalir mwnganak sungai
Tanpa perduli bahawa ratapan ini hanya kosong semata
Tanpa terbersit pemikiran bahwa gejolak ini akan berujung kecewa

Namun begitu, 
tiada berkurang keyakinan akan kekuatan do'a
Menyematkanmu dalam rangkain kalimat indah
Yang hanya terdengar olehku dan Rabb-ku


Selamat membaca!!!!!